keindahan surga

                                                   keindahan surga

Adakah manusia yang tidak mencintai keindahan? Jawabannya tentu saja tidak. Bahwa siapa pun dia, muslim atau bukan, penjahat atau orang baik-baik, semuanya cinta pada keindahan yang sejalan dengan fitrahnya sebagai manusia. Itulah salah satu karunia yang Allah Ta’ala berikan kepada manusia. Sehingga bila ada seseorang yang tidak mencintai keindahan dengan berbagai keragamannya, maka sesungguhnya ada yang salah pada dirinya. Bahkan Allah Ta’ala itu sendiri indah dan mencintai keindahan.
Ketika kita menikmati keindahan ciptaan Allah yang Maha Perkasa; langit dengan bintang gemintangnya, bumi dengan hamparan laut dan pemandangan alam yang menakjubkan, maka semua itu menjadi sarana bagi kita untuk lebih ber-marifah dan ber-taqarrub kepada-Nya, seraya memuji kebesaran dan keagungan-Nya, “Wahai Tuhan kami, sungguh Engkau tidak ciptakan ini semua dengan sia-sia.”
Saat kita terpesona dengan berbagai keindahan ciptaan Allah di muka bumi, yang bahkan seorang penulis Arab, Syaikh Ali Thantawi pernah berkata tentang taman Indonesia sebagai “Surga Allah di muka Bumi”, maka keindahan taman surga dengan segala isinya adalah keindahan abadi yang tak pernah dilihat oleh mata, didengar oleh telinga atau bahkan terlintas dalam hati. Saat kita membaca ayat-ayat Allah Ta’ala atau hadits-hadits Rasulullah saw. yang menggambarkan panorama keindahan surga; taman-taman indah, buah-buahan dan makanan lezat, minuman segar, sungai berair madu, susu dan arak, lalu terbayang di benak kita berbagai keindahan itu, maka yakinlah bahwa seluruh ciptaan Allah di taman syurga tidak pernah sama keindahan yang muncul dalam benak kita kala itu.
Demikianlah Allah Ta’ala ciptakan surga bagi orang-orang yang beriman kepada-Nya lalu beramal shalih, ikhlas, bertaqwa, berjuang di atas jalan-Nya dan berbagai kriteria yang harus lekat dalam diri seorang mukmin sebagai sarana untuknya mendapatkan surga nan abadi, yang sesaat dari kenikmatannya membuat seorang mukmin lupa dengan segala derita dunia yang pernah dialaminya. Sebagaimana penghuni neraka, tatkala ia rasakan sesaat siksa dan azabnya membuat ia lupa segala kenikmatan dunia yang pernah dirasakannya.
Keindahan taman surga dan berbagai kenikmatan yang Allah sediakan di dalamnya adalah impian bagi setiap mukmin. Karena itulah, seorang dermawan dengan ikhlas menginfakkan hartanya, seorang profesional mendesain agenda kerjanya dalam bingkai ibadah, seorang entrepreneur senantiasa jujur dalam usahanya, seorang dai tidak pernah lelah menyeru manusia ke jalan Allah, dan dengan gagah berani seorang prajurit muslim maju ke medan perang mendamba mati syahid sebagaimana musuhnya mengharap kehidupan.
Daya tarik surga bahkan menjadi kerinduan bagi Khalifah Umar bin Abdul Aziz, hingga membuatnya tampil sebagai pemimpin yang adil, bijaksana dan dicintai rakyatnya. Walau Masa kekhalifahan relatif sangat singkat, namun sukses kepemimpinannya terukir dengan tinta emas dalam sejarah kejayaan Islam dan kaum Muslimin pada masa pemerintahan Bani Umayyah; dimana –saat itu- tak seorang pun rakyatnya merasa berhak menerima zakat. Kalimat
rindu itu beliau ungkapkan sebagai berikut:
Sungguh jiwaku memiliki jiwa perindu;
Tak pernah ia raih sebuah kedudukan
Melainkan ia pasti merindukan
Kedudukan yang di atasnya
Kini ia sampai pada kedudukan tertinggi di dunia (Khalifah)
Dan tak ada yang melebihi kedudukan ini
Tapi kini,
Jiwaku mulai merindukan syurga
Kerinduan pada taman surga yang menggelegak dalam jiwa sang Khalifah, membentuk dirinya menjadi pemimpin yang adil, zuhud, alim, dan lebih mengutamakan kepentingan rakyatnya daripada keluarga dan dirinya sendiri. Sejarah kepemimpinannyayang melegenda itu membuat para ulama
sepakat menobatkannya sebagai Khalifah Rasyidin yang kelima.
Allah Ta’ala berfirman: “Sungguh orangorang beriman dan beramal shaleh untuk mereka disediakan surga Firdaus sebagai tempat tinggal” (QS. Al-Kahfi: 107)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar